• Rohis adalah Wadah

    Rohis merupkan perahu yang menyelamatkan genarasi Indonesia dari yang terombang ambing menjadi terarah.

  • Rohis Itu Asyik

    Rohis bukan tempat orang-orang yang baik dan soleh, tapi Rohis adalah tempat orang yg mau berubah jadi lebih baik.

  • Generasi Berkarakter

    Rohis siapkan generasi yang berkarakter Rabani dan Qur'an.


TOLERANSI ADA DIMANA-MANA


Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
Apa kabar Indonesia??
Selamat pagi dan Selamat Beraktivitas..

Sabtu,19 Januari 2019
Siswa Pecinta Alam Areca Abisatya SMKN 1 SUNGAI RAYA mengadakan kerja bakti membersihkan mushola Haqqul Yaqiin SMKN 1 SUNGAI RAYA..


Siswa Pecinta Alam atau yang sering kita kenal dengan Sispala yang baru dirintis pada tanggal 18 Agustus 2018 dengan jumlah anggota sebanyak 24 orang berhasil menarik simpati para warga sekolah.
Tentu saja,hal tersebut mengubah image organisasi satu ini yang dikenal dengan hobi travellingnya.Walaupun,tidak dapat dipungkiri kegiatan mereka diluar sekolah seperti menginap di pantai dan gunung,arum deras,maupun repling.


Desi Rahmawati salah satu perintis organisasi satu ini,mengatakan bahwa " sispala ini bukan hanya organisasi yang berkecimpung di luar sekolah saja,seperti mengadakan agenda-agenda hammock ataupun sekadar camping.Tapi,kami juga peduli pada lingkungan.Arti dari kata "alam" itu kan banyak sekali ya,salah satunya ya lingkungan ini.Maka dari itu,kami berinisiatif untuk membersihkan lingkungan mushola,karena tugas itu bkan hanya diperuntukkan bagi organisasi rohis saja." ungkap Desi Rahmawati saat dirinya dimintai keterangan oleh salah satu anggota Rohis.

Sebagai bentuk rasa syukur mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala mereka mengadakan selamatan yang diadakan di SMK Negeri 1 Sungai Raya pada 18 Januari 2019.. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman pada Q.S.Ar Rum : 41-42 yang berbunyi :

 ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلُ ۚ كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُشْرِكِينَ

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (41) Katakanlah (Muhammad), “ Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)." (42)


Marilah,kita saling menjaga dan melestarikan lingkungan,terlepas dari siapa saja yang wajib membersihkannya.Marilah kita menggenggam tangan bersama-sama.
Share:

Sikap Seorang Muslim Jika Terkena Musibah

SIKAP SEORANG MUSLIM JIKA TERKENA  MUSIBAH
Sebagai hamba Allâh Ta’ala, semua manusia dalam kehidupan di dunia ini tidak akan luput dari berbagai macam cobaan, baik berupa kesusahan maupun kesenangan. Hal itu merupakan sunnatullâh yang berlaku bagi setiap insan, yang beriman maupun kafir.
Allâh Ta’ala berfirman:
Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan (Qs al-Anbiyâ’/21:35)
Imam Ibnu Katsîr rahimahullâh berkata:
“(Makna ayat ini) yaitu: Kami menguji kamu (wahai manusia), terkadang dengan bencana dan terkadang dengan kesenangan, agar Kami melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang ingkar, serta siapa yang bersabar dan siapa yang berputus asa”.[1]

KEBAHAGIAAN HIDUP DENGAN BERTAKWA KEPADA ALLAH TA’ALA
Allâh Ta’ala dengan ilmu-Nya yang Maha Tinggi dan hikmah-Nya yang Maha Sempurna menurunkan syariat-Nya kepada manusia untuk kebaikan dan kemaslahatan hidup mereka. Oleh karena itu, hanya dengan berpegang teguh kepada agama-Nyalah seseorang bisa merasakan kebahagiaan hidup yang hakiki di dunia dan akhirat.
Allâh Ta’ala berfirman:
Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allâh dan seruan Rasul-Nya yang mengajak kamu kepada suatu
yang memberi (kemaslahatan)[2] hidup bagimu
 (Qs al-Anfâl/8:24)
Imam Ibnul Qayyim rahimahullâh berkata:
“(Ayat ini menunjukkan) bahwa kehidupan yang bermanfaat hanya didapatkan dengan memenuhi seruan Allâh Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam. Maka, barang siapa tidak memenuhi seruan Allâh Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam, dia tidak akan merasakan kehidupan (yang baik) meskipun fisiknya hidup, sebagaimana binatang yang paling hina. Jadi, kehidupan baik yang hakiki adalah kehidupan seorang dengan memenuhi seruan Allâh Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam secara lahir maupun batin”[3].
Allâh Ta’ala berfirman:
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu (di dunia) sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya (di akhirat nanti)” (Qs Hûd/11:3)
Dalam mengomentari ayat-ayat di atas, Imam Ibnul Qayyim rahimahullâh mengatakan:
“Dalam ayat-ayat ini Allâh Ta’ala menyebutkan bahwa Dia akan memberikan balasan kebaikan bagi orang yang berbuat kebaikan dengan dua balasan: balasan (kebaikan) di dunia dan balasan (kebaikan) di akhirat. [4]
SIKAP SEORANG MUKMIN DALAM MENGHADAPI MASALAH
Seorang Mukmin dengan ketakwaannya kepada Allâh Ta’ala, memiliki kebahagiaan yang hakiki dalam hatinya, sehingga masalah apapun yang dihadapinya di dunia ini tidak akan membuatnya mengeluh atau stres, apalagi berputus asa. Hal ini disebabkan keimanannya yang kuat kepada Allâh Ta’ala membuat dia yakin bahwa apapun ketetapan yang Allâh Ta’ala berlakukan untuk dirinya maka itulah yang terbaik baginya.
Dengan keyakinannya ini pula Allâh Ta’ala akan memberikan balasan kebaikan baginya berupa ketenangan dan ketabahan dalam jiwanya. Inilah yang dinyatakan oleh Allâh Ta’ala dalam firman-Nya:
Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali denga izin Allâh; barang siapa yang beriman kepada Allâh, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan Allâh Maha Mengetahui segala sesuatu
(Qs at-Taghâbun/64:11)
Imam Ibnu Katsîr rahimahullâh berkata:
“Maknanya: seseorang yang ditimpa musibah dan dia meyakini bahwa musibah tersebut merupakan ketentuan dan takdir Allâh Ta’ala, kemudian dia bersabar dan mengharapkan (balasan pahala dari Allâh Ta’ala), disertai (perasaan) tunduk berserah diri kepada ketentuan Allâh Ta’ala tersebut, maka Allâh Ta’ala akan memberikan petunjuk ke (dalam) hatinya dan menggantikan musibah dunia yang menimpanya dengan petunjuk dan keyakinan yang benar dalam hatinya, bahkan bisa jadi Allâh Ta’ala akan menggantikan apa yang hilang darinya dengan sesuatu yang lebih baik baginya.”[5]
Inilah sikap seorang Mukmin yang benar dalam menghadapi musibah yang menimpanya.
Meskipun Allâh Ta’ala dengan hikmah-Nya yang Maha Sempurna telah menetapkan bahwa musibah itu akan menimpa semua manusia, baik orang yang beriman maupun orang kafir, akan tetapi orang yang beriman memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang kafir, yaitu ketabahan dan pengharapan pahala dari Allâh Ta’ala dalam menghadapi musibah tersebut. Dan tentu saja semua ini akan semakin meringankan beratnya musibah tersebut bagi seorang Mukmin.
Dalam menjelaskan hikmah yang agung ini, Ibnul Qayyim rahimahullâh mengatakan:
“Sesungguhnya semua (musibah) yang menimpa orang-orang yang beriman dalam (menjalankan agama) Allâh Ta’ala senantiasa disertai dengan sikap ridha dan ihtisâb (mengharapkan pahala dari-Nya). Kalaupun sikap ridha tidak mereka miliki maka pegangan mereka adalah sikap sabar dan ihtisâb. Ini (semua) akan meringankan beratnya beban musibah tersebut. Karena, setiap kali mereka menyaksikan (mengingat) balasan (kebaikan) tersebut, akan terasa ringan bagi mereka menghadapi kesusahan dan musibah tersebut.
Adapun orang-orang kafir, mereka tidak memiliki sikap ridha dan tidak pula ihtisâb. Kalaupun mereka bersabar (menahan diri), maka (tidak lebih) seperti kesabaran hewan-hewan (ketika mengalami kesusahan).
Sungguh Allâh Ta’ala telah mengingatkan hal ini dalam firman-Nya yang artinya:
”Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allâh apa yang tidak mereka harapkan” (Qs an-Nisâ/4:104).
Jadi, orang-orang Mukmin maupun kafir sama-sama menderita kesakitan, akan tetapi orang-orang Mukmin teristimewakan dengan pengharapan pahala dan kedekatan dengan Allâh Ta’ala.”[6]
HIKMAH COBAAN
Di samping sebab-sebab di atas, ada lagi faktor lain yang bisa meringankan semua kesusahan yang dialami seorang Mukmin di dunia ini, yaitu merenungi dan menghayati hikmah-hikmah agung yang Allâh Ta’ala jadikan dalam setiap ketentuan yang terjadi pada hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Dengan merenungi hikmah-hikmah tersebut, seorang Mukmin akan semakin yakin bahwa semua cobaan yang menimpanya pada hakikatnya adalah kebaikan bagi dirinya, untuk menyempurnakan keimanannya dan semakin mendekatkan diri-Nya kepada Allâh Ta’ala.
Semua ini, di samping akan semakin menguatkan kesabarannya, juga akan membuatnya selalu bersikap husnuzh zhann (berbaik sangka) kepada Allâh Ta’ala dalam semua musibah dan cobaan yang menimpanya.
Dengan sikap ini, Allâh Ta’ala akan semakin melipatgandakan balasan kebaikan baginya, karena Allâh Ta’ala memperlakukan seorang hamba sesuai dengan persangkaan hamba tersebut kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam sebuah hadits qudsi yang artinya:
“Aku (akan memperlakukan hamba-Ku) sesuai dengan persangkaannya kepada-Ku”.[7]
Maknanya: Allâh Ta’ala akan memperlakukan seorang hamba sesuai dengan persangkaan hamba tersebut kepada-Nya, dan Dia akan berbuat pada hamba-Nya sesuai dengan harapan baik atau buruk dari hamba tersebut, maka hendaknya hamba tersebut selalu menjadikan baik persangkaan dan harapannya kepada Allâh Ta’ala.[8]

#PRAYFORLIONAIRJT601
#MUSIBAH  #KEMATIAN  #RESPECT

Follow us @rohishaqqulyaqiin
Follow us @rohishaqqulyaqiin
Follow us @rohishaqqulyaqiin
Share:
5 ALASAN BIRRUL WALIDAIN WAJIB BAGI SETIAP MUSLIM
Birrul Walidain (Arab: بر الوالدين) adalah bagian dalam etika Islam yang menunjukan kepada tindakan berbakti (berbuat baik) kepada kedua orang tua. Yang mana berbakti kepada orang tua ini hukumnya fardhu (wajib) ain bagi setiap Muslim, meskipun seandainya kedua orang tuanya adalah non muslim. Setiap muslim wajib mentaati setiap perintah dari keduanya selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan perintah Allah. Birrul walidain merupakan bentuk silaturahim yang paling utama.
Dalam Islam tidak saja ditekankan harus menghormati kedua orang tua saja, akan tetapi ada akhlak yang mengharuskan orang yang lebih muda untuk menghargai orang yang lebih tua usianya dan yang tua harus menyayangi yang muda,seorang ulama dalam bukunya juga menjelaskan hal yang serupa. Dalam segala kegiatan umat Islam diharuskan untuk mendahulukan orang-orang yang lebih tua usianya, penjelasan ini berdasarkan perintah dari Malaikat Jibril,karena dikatakan bahwa menghormati orang yang lebih tua termasuk salah satu mengagungkan Allah.
Akhlak ini telah dilakukan oleh para sahabat, mereka begitu menghormati terhadap yang orang yang lebih tua meskipun umurnya hanya selisih satu hari atau satu malam, atau bahkan lahir selisih beberapa menit saja.
Ada lima alasan birrul walidain (memuliakan dan berbuat baik ke kedua orang tua) menjadi sangat wajib penting atas setiap muslim.
Pertama, memuliakan orang tua dan berbuat baik kepada keduanya bentuk ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. . .” (QS. Al-Ahqaf: 15)
Kedua, Memuliakan kedua orang tua dan berbuat baik kepada keduanya menjadi sebab masuk surga.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda:
رَغِمَ أَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا فَلَمْ يَدْخُلْ الْجَنَّةَ
Celaka, celaka, celaka. Ditanyakan kepada beliau: siapa itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab: siapa yang mendapati kedua orang tuanya berusia tua, salah seorang atau kedua-duanya llalu ia tidak masuk surga.” (HR. Muslim dan lainnya)
Ketiga, memuliakan kedua orang tua dan berbuat baik kepada keduanya sebab mendapat ridho dan cinta keduanya. Sedangkan keridhoan Allah bersama keridhoan orang tua.
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhuma, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
رِضَا اَللَّهِ فِي رِضَا اَلْوَالِدَيْنِ, وَسَخَطُ اَللَّهِ فِي سَخَطِ اَلْوَالِدَيْنِ
"Keridhoan Allah tergantung kepada keridhoan orang tua dan kemurkaan Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua." (HR. Tirmidzi. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban dan Hakim. Dishaihkan Al-Albani di Silsilah Shahihah, no. 516)
Keempat, melalui sebab orang tua kita hadir di dunia. Jasa keduanya dalam merawat, menjaga, dan membesarkan kita tak terkira nilainya. Maka sangat pantas kalau kita memuliakan kedua orang tua kita, berbuat baik kepada keduanya, berterima kasih kepada keduanya.
Secara khusus, Allah perintahkan untuk bersyukur (berterima kasih dan membalas budi) kepada keduanya, setelah perintah bersyukur kepada-Nya.
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman: 14)
Kelima, birrul walidain menjadi sebab seseorang akan disayang anak-anaknya dan mendapat bakti mereka. Karena, balasan bagi seseorang sesuai dengan jenis amalnya. Siapa yang berbakti ke orang tua, maka anak-anaknya kelak akan berbakti kepadanya sebagai balasan atas baktinya tersebut.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ
Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” (QS. Al-Rahman: 60)
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
بَرُّوا آبَاءَكُمْ تَبَرَّكُمْ أَبْنَاؤُكُمْ
Berbuat baiklah ke orang tua–orang tua kalian, niscaya anak-anakmu akan berbuat baik kepadamu.” (HR. Al-Thabrani, Al-Hakim, dan Abul Qasim dalam Fawaidnya. Syaikh Al-Albani mendhaifkannya).

Follow us @rohishaqqulyaqiin
Follow us @rohishaqqulyaqiin
Share:
Mengapa di tiap pernikahan di Indonesia tak pernah lepas dari seperangkat alat sholat? Apa sih maknanya?Apakah sah tanpa seperangkat alat sholat?Mengapa bukan seperangkat alat laboratorium?atau seperangkat hardisk 2 tera yang isinya film korea semua? (duh,pertanyaan macam apa ini?😅)

Sebagai seorang muslim yang tinggal di negara mayoritas muslim,seperangkat alat sholat dan al-qur'an sudah menjadi budaya dan dianggap sebagai mahar yang umum diberikan seorang suami kepada istrinya.
Seperangkat alat sholat dan biasanya ditata sedemikian rupa di sebuah baki,disandingkan dengan Al-Qur'an dan dihias seindah mungkin.Mas kawin ini terlihat sangat islami dan sakral serta murah meriah dan mudah didapat dipasar.Padahal,ada beban yang amat berat di baliknya.

Tak jarang mukena dan Al-Qur'an yang sudah dihias sedemikian rupa di hari pernikahan pada akhirnya hanya menjadi hiasan di lemari tanpa pernah disentuh.Memang tidak ada salahnya sih,kalau menyimpannya di lemari,karena kita masih memiliki mukena atau mushaf al-qur'an yang lain untuk beribadah.
Namun,yang tidak boleh kita lupakan adalah makna dibalik simbol penyerahan mukena dan al-qur'an pada saat akad nikah.Makna yang sungguh dalam dan bisa menjadi hadiah paling indah jika kita sungguh-sungguh menjalankannya.

Tahukah kamu?
Ketika seoran lelaki memberikan mahar berupa seperangkat alat sholat pada saat akad nikah,sesungguhnya dia telah berjanji untuk mengajarkan sholat dan juga menjaga sholat istrinya,agar sang istri terus meningkatkan kualitas sholatnya dan tidak pernah meninggalkannya.

Sedangkan,makna dibalik pemberian mushaf Al-Qur'an pada saat akad nikah berarti sang suami berjanji untuk mengajarkan kepada istrinya seluruh isi Al-Qur'an,dan menjalankan rumah tangga berdasarkan tuntunan Al-Qur'an.

- Sekian dan Terima Kasih
Semoga Anda senang,dengan pembahasan di blog ini 💓 Cek channel kami yang lain juga ya ..
Fb : Rohis Haqqul Yaqiin
Ig : @rohishaqqulyaqiin
Yt : Rohis Haqqul Yaqiin

Share:
Jujur merupakan salah satu sifat manusia yang cukup sulit untuk diterapkan. Sifat jujur yang benar-benar jujur biasanya hanya bisa diterapkan oleh orang-orang yang sudah terlatih sejak kecil untuk menegakkan sifat jujur. Tanpa kebiasaan jujur sejak kecil, sifat jujur tidak akan dapat ditegakkan dengan sebenar-benarnya jujur.
Sifat jujur termasuk ke dalam salah satu sifat baik yang dimiliki oleh manusia. Orang yang memiliki sifat jujur merupakan orang berbudi mulia dan yang pasti merupakan orang yang beriman.
Meskipun jujur merupakan sifat dasar manusia, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak yang belum memahami makna kata jujur yang sebenarnya. Hal ini terbukti dari masih banyaknya orang-orang yang mencampur adukkan sifat jujur dengan sifat kebohongan yang pada akhirnya mendatangkan berbagai macam malapetaka baik bagi dirinya maupun bagi orang lain yang ada di sekitarnya.
Nah, untuk membantu kita memahami makna kata jujur yang sebenarnya, berikut merupakan rangkuman mengenai definisi kata jujur dapat kita gunakan sebagai sumber referensi :

Definisi dan Pengertian Jujur

Pengertian jujur dilihat dari segi bahasa adalah mengakui, berkata, atau pun memberi suatu informasi yang sesuai dengan apa yang benar-benar terjadi/kenyataan. Dari segi bahasa, jujur dapat disebut juga sebagai antonim atau pun lawan kata bohong yang artinya adalah berkata tau pun memberi informasi yang tidak sesuai dengan kebenaran.
Jika diartikan secara lengkap, maka jujur merupakan sikap seseorang ketika berhadapan dengan sesuatu atau pun fenomena tertentu dan menceritakan kejadian tersebut tanpa ada perubahan/modifikasi sedikit pun atau benar-benar sesuai dengan realita yang terjadi. Sikap jujur merupakan apa yang keluar dari dalam hati nurani setiap manusia dan bukan merupakan apa yang keluar dari hasil pemikiran yang melibatkan otak dan hawa nafsu.

Macam-macam Sifat Jujur dalam Agama Islam

Dalam Agama Islam, setidaknya dikenal lima jenis sifat jujur yang harus dimiliki oleh penganutnya, yaitu :
  1. Shidq Al – Qalbi
Shidq Al – Qalbi merupakan sifat jujur yang penerapannya ada pada niat seorang manusia.
  1. Shidq Al – Hadits
Shidq Al – Hadits merupakan sifat jujur yang penerapannya ada pada perkataan yang diucapkan oleh manusia.
  1. Shidq Al – Amal
Shidq Al – Amal merupakan sifat jujur yang penerapannya ada pada aktivitas dan perbuatan manusia.
  1. Shidq Al – Wa’d
Shidq Al – Wa’d merupakan sifat jujur yang penerapannya ada pada janji yang diucapkan oleh manusia.
  1. Shidq Al – Hall
Shidq Al – Hall merupakan sifat jujur yang penerapannya ada pada kenyataan yang terjadi dalam hidup manusia.
Demikianlah tulisan mengenai pengertian jujur yang dapat kami sampaikan kepada Anda. Semoga bermanfaat ya!
Share:

Jumat Berkah.. Sunnah Hari Jumatnya Jangan Lupa..

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh
Apa kabar Sahabat Rohis se-Nusantara bahkan Sedunia..😁
Kali ini admin bakalan share sedikit ilmu tentang Sunnah Hari Jumat.
Ada banyak Sunnah Hari Jum'at yang disunnahkan Rasulullah saw, antara lain:


1. Membaca Surah Al-Kahf
2. Memperbanyak Dzikir
3. Memperbanyak Do'a
4. Memperbanyak Shalawat
5. Mandi Jumat
6. Memakai Pakaian Terbaik
7. Membersihkan Diri dan Menggunakan Minyak Wangi
8. Tidak Duduk dengan Menekuk Lutut
9. Memperbanyak Shalat Sunnah sebelum Khatib Naik Mimbar
10. Menyegerakan Berangkat ke Masjid
11. Melaksanakan Shalat Sunnah setelah Shalat Jumat 

Daaaaannnn,masih banyak lagi sunnah-sunnah Rasullullah saw di hari Jumat .
Tunggu postingan admin selanjutnya ya..
Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh

#ROHISUNTUKINDONESIA
#ROHISCINTANKRI
#ROHISMANISBUKANTERORIS
#YUKHIJRAH


Share:

Zakat Bikin Kaya,Jangan Takut Berzakat. Yuk Berzakat !!!


Zakat adalah sebagian dari harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim untuk dibagikan kepada 8 golongan yang berhak menerima zakat. Mari kita bahas satu per satu, sebagai berikut:

Jenis dan macam zakat

Ada beberapa jenis zakat berdasarkan jenis harta atau kekayaan, sebagai berikut:

1. Zakat perdagangan

Setiap kekayaan atau penghasilan hasil dari berniaga atau berdagang wajib dikeluarkan zakatnya. Kekayaan dari berniaga di sini termasuk stok barang dagangan, ditambah uang kontan dan piutang yang masih mungkin kembali. Bila nilai total dari kekayaan dari kegiatan berdagang tersebut, setelah dikurangi kewajiban utang, telah mencapai nisab (yaitu setara nilai 85 gram emas) dan telah berusia satu tahun haul, maka besar zakat yang harus dibayarkan adalah 2,5%.
Rumus zakat perdagangan adalah sebagai berikut:
(Modal yang diputar+keuntungan+piutang yang dapat dicairkan) – (hutang-kerugian) x 2,5 %

2. Zakat pertanian

Bila kamu bermata pencaharian sebagai petani yang menghasilkan makanan pokok juga ada hitungan zakat. Ketentuannya sebagai berikut:
  1. Mencapai nishab 653 kg gabah atau 520 kg jika yang dihasilkan adalah makanan pokok
  2. Jika selain makanan pokok, maka nishabnya disamakan dengan makanan pokok paling umum di sebuah daerah.
  3. Kadar zakat apabila diairi dengan air hujan, sungai, atau mata air, maka 10 %
  4. Kadar zakat jika diairi dengan cara disiram (dengan menggunakan lat) atau irigasi maka zakatnya 5%
Zakat pertanian dibayarkan setiap masa panen.

3. Zakat hewan ternak

Ketentuan zakat hewan ternak berlaku bagi muslim yang memiliki hewan ternak dengan aturan sebagai berikut:
Zakat hewan ternak unta
a. 5 (lima) sampai 9 (sembilan) ekor unta, zakatnya 1 ekor kambing.
b. 10 (sepuluh) sampai 14 (empat belas) ekorr unta, zakatnya 2 ekor kambing.
c. 15 (lima belas) sampai 19 (saembilan belas) ekor unta, zakatnya 3 ekor kambing
d. 20 (du puluh) sampai 24 (dua puluh empat)  ekor unta, zakatnya 4 ekor kambing.
Zakat hewan ternak sapi atau kerbau
a.  30 – 39 ekor sapi /kerbau, zakatnya 1 (satu) ekor sapi jantan/betina usia 1 tahun
b.  40 – 59 ekor sapi/kerbau, zakatnya 2 (dua) ekor anak anak sapi betina usia 2 tahun
c.  60 – 69 ekor sapi/kerbau, zakatnya 2 ekor anak sapi jantan
d. 70 – 79 ekor sapi/kerbau, zakatnya 2 (dua) ekor anak sapi betina usia 2 tahun   ditambah 1 (satu) ekor anak sapi jantan 1 tahun. dan seterusnya.
Zakat hewan ternak kambing atau domba
1. 0 (nol) – 120 ekor, zakatnya 1 (satu) ekor kambing.
2. 120 – 200 ekor, zakatnya 2 (dua) ekor kambing.
3. 201 – 399 ekor, zakatnya 3 (tiga) ekor kambing
4. 400 – 499 ekor, zakatnya 4 (empat) kambing dan seterusnya setiap 100 (seratus) ekor zakatnya ditambah 1 (satu) ekor kambing.

4. Zakat emas dan perak

Bila kamu saat ini memiliki simpanan emas dan perak, jangan lupa membayarkan zakat untuk emas dan perak. Ketentuannya sebagai berikut:
Emas
  • Mencapai haul satu tahun
  • Mencapai nishab 85 gram emas murni
  • Besar zakat 2,5%
Cara menghitung zakat emas:
  • Jika seluruh emas yang dimiliki, tidak dipakai atau dipakainya hanya setahun sekali, maka zakat emas adalah emas yang dimiliki x harga emas x 2,5%.
  • Bila emas yang dimiliki ada yang dipakai seperti perhiasan, maka hitungan zakat emas adalah emas yang dimiliki dikurangi emas yag dipakai dikalikan harga emas dikalikan 2,5%.
Perak
  • Mencapai haul setahun
  • Mencapai nishab 595 gr perak
  • Besar zakat 2,5 %
Cara menghitung zakat perak:
  • Jika seluruh perak yang dimiliki, tidak dipakai atau dipakainya hanya setahun sekali, maka hitungan zakat adalah perak yang dimiliki x harga perak x 2,5 %
  • Jika emas yang dimiliki ada yang dipakai, maka hitungan
  • Zakat = (perak yang dimiliki – perak yang dipakai) x harga emas x 2,5 %
5. Zakat profesi/Penghasilan
Ini adalah zakat yang dikeluarkan dari pendapatan atau penghasilan kamu, makanya disebut juga dengan zakat penghasilan. Ini adalah zakat yang harus dikeluarkan apabila pendapatan kamu telah mencapai nishab atau ukuran tertentu. Saat ini ukurannya adalah pendapatan setara 520 kilogram beras wajib mengeluarkan zakat 2,5%.
Menghitung dari pendapatan kasar (brutto)
Besar Zakat yang dikeluarkan = Pendapatan total (keseluruhan) x 2,5 %
Menghitung dari pendapatan bersih (netto)
1. Pendapatan wajib zakat=Pendapatan total – Pengeluaran perbulan*
2. Besar zakat yang harus dibayarkan=Pendapatan wajib zakat x 2,5 %
*Pengeluaran per bulan adalah pengeluaran kebutuhan primer (sandang, pangan, papan)
* Pengeluaran perbulan termasuk : Pengeluaran diri , istri, 3 anak, orang tua dan cicilan rumah. Bila dia seorang istri, maka kebutuhan diri, 3 anak dan cicilan rumah tidak termasuk dalam pengeluaran perbulan.
6. Zakat investasi
Zakat investasi dikenakan terhadap harta yang diperoleh dari hasil investasi. Contohnya, bangunan atau kendaraan yang disewakan. Zakat investasi dikeluarkan pada saat menghasilkan, sedangkan modal tidak dikenai zakat. Besar zakat yang dikeluarkan 5%untuk penghasilan kotor dan 10% untuk penghasilan bersih.
7. Zakat tabungan
Setiap orang Islam yang memiliki uang dan telah disimpan selama satu tahun dan nilainya setara 85 gr emas wajib mengeluarkan zakat  sebesar 2,5%.
8. Zakat Rikaz
Setiap penemuan harta terpendam  dalam tanah selama bertahun-tahun atau rikaz, berupa emas atau perak yang tidak diketahui lagi pemiliknya maka wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 20 persen.
9. Zakat fitrah
Zakat fitrah atau penyucian jiwa. Zakat ini wajib dibayarkan oleh setiap orang yang mampu atau memiliki kelebihan kemampuan pemenuhan pangan, setahun sekali.
Besar zakat fitrah adalah sekitar 3,5 liter atau 2,7 kilogram beras atau bahan makanan yang dimakan sehari-hari. Zakat ini dibayarkan sebelum pelaksanaan salat Idul Fitri. kamu yang menjadi kepala keluarga dan menafkahi banyak orang, berkewajiban pula mengeluarkan zakat fitrah tanggungan seperti anak, istri, orangtua, dan sebagainya.
Share:

Facebook Like

Search Bar

ROHIS FOR ID

Advertisement